Resensi ini, dimuat di harian Kedaulatan Rakyat, 17 Mei 2015
Judul Buku : Porn(o) Tour
Penulis : Nurdiyansah Dalidjo
Penerbit : Metagraf, Solo
Tahun : I, Januari 2015
Tebal : 274 halaman.
ISBN : 978-602-257-108-7
Penulis : Nurdiyansah Dalidjo
Penerbit : Metagraf, Solo
Tahun : I, Januari 2015
Tebal : 274 halaman.
ISBN : 978-602-257-108-7
Pariwisata
sekarang sudah bukan lagi sebagai sarana untuk bersantai belaka dalam mencari
ketentraman jiwa. Akan tetapi, sudah menjadi sebuah kebutuhan dan gaya hidup
bagi warga perkotaan yang selalu terjebak dalam rutinitas hariannya.
Hal
itu tentu berdampak baik bagi para pengelola tempat wisata. Pengunjung semakin
banyak dan pendapatan tentu saja meningkat. Namun, hal itu juga berdampak
negatif bagi tempat wisata, lingkungan, masyarakat sekitar, dan wisatawan itu
sendiri. Dampak buruknya diantaranya meningkatnya pelacuran, kriminalitas,
perdagangan ilegal, dan kerusakan lingkungan.
Banyak
hal negatif pada berbagai destinasi wisata diakibatkan oleh perencanaan dan
pengembangan yang tidak matang terhadap industri pariwisata. Serta beragam
perilaku wisatawan yang memberikan dampak buruk pula bagi perekonomian lokal,
situasi sosial-budaya, dan lingkungan fisik. (halaman 7).
Ketika penulis berkunjung ke kawasan Bromo ada
hal yang tak mengenakan yang ia temui. Seperti tidak adanya toilet yang layak
pakai selama singgah di tempat istirahat. Toiletnya selain menguarkan bau
pesing, juga tidak ada air untuk menyiram kotoran. Tentu saja hal itu membuat
mood seorang turis akan hilang.
Hal lainnya ketika berkunjung ke salah satu
tempat wisata. Ia menginap disebuah penginapan kelas melati. Ternyata pelayan
yang dipekerjakan oleh pengelola adalah anak perempuan. Bukan karena sedang
magang, namun ia putus sekolah dan butuh uang untuk keluarganya.
Sementara pemilik penginapan menganggap telah
membantunya dengan memberi pekerjaan. Padahal, tujuannya untuk meningkatkan
pengunjung. Karena paras anak itu lumayan cantik. Ia muda dan memakai seragam
kantor berupa rok ketat di atas dengkul, masih pula di tambah robekan pada
batas sambungan jahitan roknya. Penulis tidak lama menginap, karena ia tak
ingin mendukung anak di bawah umur dieksploitasi.
Banyak hal negatif yang akan di ungkap dalam
buku ini. Dengan membaca buku ini, kita di harapkan lebih bijak dalam
berwisata. Tidak hanya mencari kesenangan semata buat diri sendiri. Sebab,
perjalanan seharusnya memberikan dampak positif bagi wisatawan itu sendiri
maupun bagi masyarakat sekitar, dan kawasan yang kita kunjungi. Etika dalam
berwisata harus selalu dijunjung tinggi, dan perlunya bersikap kritis, serta berperilaku
penuh tanggung jawab.
0 komentar:
Post a Comment